aku insan sepi
Kini, aku bermukim dalam cuaca. Mendidik rindu agar mengalah untuk kebaikanmu. Haruskah aku memihak pada kalender. Sehingga kisah cinta bisa ditertawakan. Inilah kita. Menuai rindu setelah filsafat usai. Rindu bukan sekedar kaleidoskop. Jelma masa lalu. Untuk kemudian mencari rindu yang lain untuk masa depan. Apakah ini?
Sepi, akhirnya. Aku kabarkan kepadamu. Cinta memang memabukkan. Maka aku nekat. Tak melihat fana. Apalagi tuhan. Jangan kau lihat kemurtadanku. Sebab imanku sudah dibunuh. Aku hanya ingat bibirmu. Yang membuat Jibril cemburu. Aku tak mau menjadi masa lalumu. Menjadi sekadar mitos pengantar tidurmu. Aku ingin kekal di darahmu. Berdiri bersama Isa Almasih. Memahat luka. Menenggelamkan amuk rindu pada sepi yang terasa semakin sempurna ini.
No comments:
Post a Comment